papagon
Sabtu, 07 Maret 2015
Sabtu, 14 Februari 2015
Al Quran Menerangkan Fisika
Fisika Dalam Al-Qur’an
Sebaik-baik diantara kamu adalah orang yang
mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an (Sabda Rasulullah, Riwayat Imam
Muslim). Dalam buku ini penulis mencoba mempelajari teori-teori fisika
tentang alam semesta selanjutnya menghubungkan dengan apa yang terdapat dalam
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits. Sekarang ini telah banyak hasil temuan ilmiah
bidang fisika yang memperlihatkan bukti-bukti kebenaran Al-Qur’an.
Semakin banyak yang diketahui tentang teori ilmiah
bidang fisika yang ditemukan oleh ahli fisika dunia saat ini, insyaallah akan
semakin banyak pula ayat-ayat Al-Qur’an tentang alam semesta yang dapat
dipahami maksudnya. Ilmu fisika bukanlah untuk menseleksi ayat-ayat Al-Qur’an,
menilai mana ayat yang benar atau tidak. Fisika sebagai ilmu sains itu
kemampuannya terbatas. Semua ayat-ayat dalam Al-Qur’an itu adalah benar dan
suatu yang Haq dari Allah Yang Maha Pencipta. Sungguh suatu kemunafikan
jika menyakini sebagian ayat dan mendustakan sebagian ayat yang lainnya.
Kalaupun ada ayat-ayat yang masih belum mampu manusia memahaminya, hal itu
bukanlah ayat tersebut yang keliru, akan tetapi manusialah yang belum mampu
mentelaahnya karena keterbatasan kemampuan akal. Beberapa temuan ilmiah bidang
fisika di abad modern ini, pada dasarnya dalam Al-Qur’an sudah diberitakan sebelumnya,
jauh sebelum kesimpulan tersebut ditemukan para ahli fisika. Semua itu
merupakan bukti kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an (Q.S.Ali-Imran:7) telah dijelaskan tentang
ayat-ayat Muhkamat dan ayat-ayat Mutasyabihat. Ayat Muhkamat adalah ayat-ayat
yang terang dan tegas maksudnya, serta dapat dipahami dengan mudah. Ayat
Mutasyabihat adalah ayat-ayat yang mengandung pengertian dan tidak dapat
ditentukan artinya secara jelas kecuali sesudah diselidiki secara mendalam.
Pada ayat ini Allah SWT mengigatkan bahwa ; adapun orang-orang yang dalam
hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat
mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah, tetapi orang-orang yang
beriman akan mengambil pelajaran dari padanya dengan menggunakan akalnya.
Insyaallah dengan memahami keteraturan alam semesta dengan fisika, kita dapat
melihat sebagian tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
Dengan karunia akal, manusia sangatlah dianjurkan untuk
mempelajari alam semesta. Perintah mempelajari alam semesta dan berzikir
mengingat kepada Allah SWT, dapat dilihat dalam Al-Qur’an surat Ali-Imran.
Perintah tersebut dituliskan dengan nomor ayat yang berurutan. Dalam surat
tersebut dijelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk mempelajari langit dan
bumi (Q.S.Ali-Imran:190), selanjutnya juga dianjurkan untuk selalu
mengingat Allah SWT, baik sambil duduk, berdiri dan berbaring
(Q.S.Ali-Imran:191). Jadi zikir dalam arti yang lebih luas, disamping membaca
bacaan tauhid, juga mengetahui penciptaan alam semesta oleh Allah SWT.
Dengan fisika, manusia dapat mempelajari dimensi dan keteraturan alam
yang telah ditetapkan-Nya.
Fisika dinamakan ilmu “thobi’ah” (watak) yang
mempelajari keteraturan alam. Fisika dikembangkan berdasarkan fakta dan
data empiris. Begitu banyaknya pelajaran serta hikmah yang dapat diambil dari
Al-Qur’an, khusus tentang alam semesta dapat dipelajari dengan fisika.
Yang perlu diingat bahwa mengartikan dan mentafsirkan Al-Qur’an itu hanya milik
Ulama-ulama Islam. Sebagai orang saintis tentulah tidak memiliki hak untuk
mengartikan atau mentafsirkan Al-Qur’an. Memang fisika sebagai ilmu sains tidak
ada memiliki kemampuan tentang itu. Untuk itulah dalam mempelajari ayat-ayat
Al-Quran ini, kita berpedoman kepada terjemahan dan tafsir Al-Qur’an oleh
Ulama-ulama Islam.
Di dalam Al-Qur’an cukup banyak dijelaskan tentang dimensi
fisika (benda, ruang, waktu dan dinamika alam ) bahkan ada yang dituliskan
dengan nama surat. Nama-nama surat dan nomor surat itu antara lain:
Al-Syam (matahari) Q.S:91, Al-Layl (malam).Q.S:92, Al-Falaq (waktu subuh)
Q.S:113, Al-Fajr (fajar) Q.S:89, Al-Isra (mempejalankan) Q.S:17, Al-Ma”rij
(tempat-tempat naik) Q.S:70, Al-Dhuha (waktu pagi) Q.S:93, Al-Qamar (bulan)
Q.S:54, Al-Qadr (Malam Qadr) Q.S:97, Al-Buruj (gugus bintang).Q.S:85, Al-Najm
(bintang).Q.S:53, Al-Thariq (yang datang malam hari).Q.S:86, Al-Dhukhan
(kabut).Q.S:44, Al-Waqiah (hari kiamat).Q.S:75, Al-Qoriah(hari kiamat).Q.S:101,
Al-Takwir(menggulung).Q.S:81, An-Nur (cahaya).Q.S:24, Al-Rad (Guruh).Q.S:13,
Al-Zalzalah (kegoncangan).Q.S:99, Al-Infithar(terbelah).Q.S:82, Al-Insyiqaq
(terbelah).Q.S:84, , Al-Hijr (batu gunung).Q.S:15, Al-Kahfi (gua).Q.S:18.
Pembahasan fisika tentang keteraturan alam semesta itu dapat
diungkapkan melalui hukum-hukum empiris fisika. Hukum empiris fisika itu
berusaha mengungkap fakta alam dengan menggambarkan keteraturan sistem
yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Makna zikir dalam membaca bacaan tauhid
(zikrullah) bagi seorang fisikawan seharusnya lebih mendalam artinya. Hal
ini disebabkan karena disamping mengetahui bacaan zikir, juga mengetahui betapa
Maha Kuasa dan Maha Agung Allah SWT dengan keteraturan alam semesta yang
diciptakanNya. Hal tersebut juga telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an
(Q.S.Ali-Imran :190-191) agar manusia menggunakan akal pemikirannya untuk
mempelajari alam (langit dan bumi).
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian
malam dan siang, terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang
berfikir (Q.S.Ali-Imran:190)
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi, (seraya berkata);” ya tuhan kami tidaklah engkau menciptakan semua ini
sia-sia, maha suci engkau dan lindungilah kami dari azab neraka.
(Q.S.Ali-Imran:191)
Adanya suatu temuan ilmiah fisika yang disimpulkan, hal
tersebut dapat dipandang sebagai bukti-bukti kebesaran Allah SWT bagi manusia
yang beriman dan bertaqwa. Keberadaan Al-Qur’an itu sebagai kitab suci
yang berisi wahyu-wahyu Allah SWT merupakan suatu rahmat yang amat
istimewa dan mulia. Islam mengajarkan keselamatan hidup manusia di
dunia dan di akhirat. Mempelajari alam semesta itu sebagai bagian dari usaha
untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang berfikir.
Hal tersebut sudah sering diberitahukan dalam Al-Qur’an seperti :
(Q.S.Ali-Imran:190), (Q.S.Al-Jasiyah:3,4,5,13,23), (Q.S.Al-Qamar:40,51),
(Q.S.Al-Baqarah:164), (Q.S.As-Sajdah:26,27), (Q.S.Yasin:62,68),
(Q.S.As-Saffat:138), (Q.S.Az-Zumar:21,27,42,52), (Q.S.Sad:29),
(Q.S.Fussilat:10), (Q.S.Al-Waqiah:62), (Q.S.Al-Hadid:17), (Q.S.Al-Hasyr:21),
(Q.S.Al-Mulk:3), (Q.S.Al-Haqqah:43,48), (Q.S.Ar-Rad:2), (Q.S.A”raf:52,57,130),
(Q.S.Al-Al-Hijr:16), (Q.S.AL-Alaq:1), (Q.S.Al-Maidah:58), (Q.S.Al-An”am:97,98),
(Q.S.Al-Anfal:27), (Q.S.Yunus:3,5,6), (Q.S.Hud:51), (Q.S.Yusuf:3),
(Q.S.An-Nahl:11,12,13,69). Ayat-ayat diatas merupakan petunjuk bagi manusia
untuk mempelajari alam beserta keteraturan yang berlaku padanya.
Fisika salah satu instrumen untuk melihat bukti-bukti keteraturan
tersebut. Berdasarkan ayat-ayat diatas, kita diajak untuk mengIslamkan sains
dan bukan untuk mensainskan Islam. Jadi filsafat ilmu
pengetahuan dapat dijadikan pendukung untuk mempelajari filsafat Islam
yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Fisika memiliki peran yang cukup strategis dalam mempelajari
makna ayat-ayat mutasyabihat tentang alam semesta (syahadah/nyata) dalam
Al-Qur’an. Peran tersebut digunakan untuk memahami makna fisik yang lebih luas
lagi dari beberapa kata-kata pada terjemahan Al-Qur’an. Kata-kata tersebut
seperti siang, malam, pergerakan, kencangnya, garis edar, perjalanan waktu,
batas waktu, cahaya, bersinar, kilat, petir, angin, hujan, terbang,
beterbangan, yang berat, kegoncangan, bintang, gugus bintang, dan sebagainya.
Semua makna kata tersebut dapat dipelajari dengan fisika.
Pada buku ini penulis mencoba mendeskripsikan tentang
temuan ahli fisika yang ada hubungannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Teori-teori
dan kesimpulan fisika tersebut dapat dijadikan pengetahuan bagi mahasiswa
dan masyarakat luas terutama ummat Islam. Pengetahuan fisika tentang watak alam
itu dapat dijadikan instrument untuk melihat kebesaran Allah SWT pada
penciptaan alam semesta, sebagaimana yang tersebut di dalam Al-Qur’an. Pada bagian
lain dapat dilihat bahwa fisika dengan metodologi dan instrumennya dapat
membuka rahasia alam yang selama ini tidak diketahui. Semakin teliti dan
semakin akurat instrument yang dipakai oleh ahli fisika maka semakin jelas
watak dan keteraturan alam semesta tersebut bagi manusia. Jadi melalui Fisika,
kita berusaha untuk membaca watak dan rahasia keteraturan alam yang ada pada
bumi, bulan, planet-planet, matahari, bintang, gugus bintang, galaksi dan
sebagainya.
Oleh karena fisika itu termasuk ilmu thobi’ah yang mengkaji
tentang watak keteraturan alam semesta, maka pada fisika itu dibutuhkan dimensi
dan pengukuran. Ilmu Fisika pada dasarnya berusaha untuk mengungkapkan sifat
dan kelakuan alam di sekitar kita ini pada kondisi-kondisi tertentu. Kondisi
alam ini secara fisika dapat dipandang sebagai dimensi ruang, waktu, materi dan
energi. Fisika merupakan ilmu alamiah dengan segala metode ilmiahnya
berusaha mengungkapkan, merumuskan, memperhitungkan, menyimpulkan segala
dimensi (ukuran/satuan) alam semesta. Sesungguhnya Allah SWT menciptakan
segala sesuatu dengan ukurannya. Menciptakan dan menyempurnakan penciptaan-Nya,
menentukan kadar (keteraturan) masing-masingnya. Fisika sebagai salah satu ilmu
sains mencoba mempelajari dan membaca ukuran dan keteraturan yang telah
ditentukan tersebut. Bahasa dalam mengungkap ukuran dan keteraturan tersebut
dalam fisika dinamakan rumus empiris fisika.
Di awal pembahasan ini tentang deskripsi fisika pada alam
semesta akan diuraian mekanika alam semesta tentang mekanisme awal mulanya
terbentuk, yang masih terjadi saat ini, bagaimana nanti berakhirnya
(saat hari kiamat). Dalam Al-Qur’an Allah SWT telah menjelaskan melalui
firmanNya : awal mulanya terbentuk (Q.S.Al-Anbiyaa: 30) dan yang masih
terjadi saat ini (Q.S.Az-Zariyat:47), (Q.S.An-Naziat: 28) dan mekanisme yang
terjadi saat-saat menjelang hari kiamat (Q.S. Al-Qoriah:1-5),
(Q.S.Al-Muzzammil:14), (Q.S.Az-Zalzalah:1-2), (Q.S.Al-Insyiqaq:3-4),
(Q.S.Al-Waqiah:4-6), (Q.S.Al-Hajj:1-7), (Q.S.Al-Furqan:11), (Q.S.Al-Ahzab:33).
Penjelasan Al-Qur’an tentang awal kejadian, proses
yang terjadi saat ini, dan mekanisne yang akan terjadi nantinya saat-saat akan
kiamat, juga sama dengan apa yang telah dijelaskan tentang awal kejadian
manusia: (Q.S.Al-Alaq:1-5), (Q.S.Al-Insan:1-4), (Q.S.Al-Qiyamah:36-40),
(Al-Mursalat:20-23), dan bagaimana keadaan menjelang akhir kehidupan
manusia saat sakratul maut: (Q.S.Al-Qiyamah:26-35). Akan tetapi ilmu
Pengetahuan sains tidak dapat menjelaskan kehidupan sesudah mati (kehidupan di
hari pembalasan) termasuk fisika dan ilmu pengetahuan lainnya. Jangankan
kehidupan sesudah mati sedangkan waktu kematian, manusia tidak memiliki ilmu
tentang itu. Hanya Allah swt yang mengetahui dan memiliki haq tentang roh
(nyawa) tersebut dan itulah sebagian hikmah diturunkan Al-Qur’an oleh
Allah SWT kepada manusia sebagai petunjuk.
Dalam sejarah perkembangan Fisika, tentang alam semesta :
Newton (1642-1727) menjelaskan konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Gerak.
Albert Einstein (1879-1955) dengan teori Relativitasnya dan teori pergeseran
merah gravitasi kemudian Stephen William Hawking, (1942-2011), beliau
dikenal sebagai ahli fisika terutama sekali karena teori-teorinya mengenai
teori kosmologi dan konsep gravitasi alam semesta, keruntuhan gravitasi.
Keteraturan alam semesta akan berakhir ditandai dengan hilangnya gravitasi.
Apabila disimak
sejarah Newton, dia seorang dosen perguruan tinggi di Cambridge University
London Inggris. Bagi seorang dosen sudah jelas bagi kita, bahwa mereka dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan seperti ilmu Fisika adalah melalui penelitian,
rujukan teori, sumber buku dan sumber bacaan yang sudah ada sebelumnya.
Disamping belajar melalui eksperimen dengan metode ilmiahnya Newton juga
menggunakan buku rujukan serta sumber bacaan lainnya yang berhubungan dengan
pokok permasalahan yang dikembangkan yaitu gravitasi. Sumber bacaan dan ilmu
dari siapakah, Newton mengembangkan teori gravitasi.?. Apapun bacaan dan sumber
ilmunya Newton, yang penting bagi kita untuk dianalisa bahwa sebelum adanya Newton,
Islam telah berkembang sampai ke eropa. Walaupun Newton bukanlah seorang
muslim, akan tetapi bukanlah mustahil Newton juga mempelajari sumber ilmu
dari ilmuwan Muslim seperti Al-Biruni dan Al-Kazini. Siapakah Al-Biruni dan
Al-Kazini itu..?, dibuku ini juga akan penulis uraikan secara singkat tentang
kedua ilmuwan muslim tersebut.
Cerita rekayasa
tentang apel jatuh hampir semua dari kita pernah mendengarnya, bahkan sampai
sekarang umumnya masyarakat fisika masih menyakini hal tersebut. Cerita
gravitasi tersebut tentu turut menyumbang dugaan bahwa penemuan hukum
gravitasi seolah-olah adalah Newton. Seakan-akan sesaat sebelum apel tersebut
jatuh, fenomena dan analisa gravitasi belum ada. Jika dianalisa kembali
ternyata cerita apel jatuh tersebut adalah cerita fiktif yang direkayasa oleh
Voltaire pada abad ke 18 (artinya selisih waktunya lebih 1000 tahun setelah
turunnya Al-Qur’an kepada Rasulullah Muhammad SAW)
Newton
tidak penemu dan menemukan teori gravitasi. Teori dan konsep gravitasi telah
dijelaskan sebelumnya oleh ilmuwan muslim Al-Biruni dan juga oleh ilmuwan
muslim Al-Kazimi. Jadi teori dan hukum gravitasi oleh Newton yang dikenal dunia
ilmu pengetahuan sekarang, bersumber pada ide dan gagasan ilmuwan muslim
sebelumnya yaitu Al-Kazimi dan Al-Biruni. Ilmuwan muslim tersebut belajar
gravitasi, terinspirasi oleh ayat-ayat Al-Qur’an (wahyu Allah SWT yang
diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW). Al-Kazini dan Al-Biruni disamping
belajar ilmu sains juga belajar Al-Qur’an. Sungguh Al-Qur’an itu
merupakan petunjuk bagi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta
pedoman hidup di dunia maupun di akhirat.
Perlu
diingat bahwa populeritas Newton tentang gravitasi tersebut juga tak lepas dari
peran sistem media dan jurnalis ilmu pengetahuan yang didominasi oleh barat
(non Muslim). Disamping hal tersebut juga kesepakatan ilmuwan Fisika saat itu
yang umumnya dan semuanya bukan Islam, memberikan kesetaraan gaya kepadanya
satuan gaya dengan Newton (N) atau setara dengan Kg m/s2. Jadi putuslah dan
hilanglah sumbangan pemikiran dan ilmu yang telah diberikan oleh
ilmuwan-ilmuwan muslim yang ada sebelumnya kepada dunia ilmu pengetahuan (
Barat menjadi bloker ilmu pengetahuan dan terjadilah penistaan ilmu serta
pemikiran cemerlang dari ilmuwan muslim oleh mereka kaum Musyrik)
Ide dan
gagasan ilmuwan muslim tentang gravitasi seolah-olah terhapus oleh dominasi
barat dalam dokrin ilmu pengetahuan. Dokrin barat tersebutlah sampai sekarang
menjadi persepsi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan. Salah satu bukti
nyatanya adalah cerita fiktif serta rekayasa tentang cerita apel jatuh
yang dikarang oleh Voltaire masih banyak tampil pada buku-buku pelajaran
sekolah. Inilah yang perlu kita koreksi dan kita perbaiki.
Yang sangat penting untuk direnungkan bahwa kita mempelajari
fisika jangan hanya terbatas pada analisa fakta fisiknya saja, akan tetapi
perlu dipahami juga apa hikmah dibalik fakta itu semua. Al-Qur’an adalah
firman Allah SWT yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban yang
membuktikan fakta-fakta yang ada di alam semesta. Fakta bahwa sejumlah
kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad
sekarang ternyata telah dinyatakan Al-Qur’an hampir sekitar 1500 tahun
lalu. Al-Qur’an itu tidak ada keraguan lagi padanya dan merupakan petunjuk bagi
orang yang bertagwa sekaligus sumber ilmu pengetahuan bagi manusia.
Hari Kiamat, Apa itu hari Kiamat, Tahukah kamu Kiamat
itu, Pada hari kiamat itu manusia seperti anai-anai terbang, Dan
saat kiamat itu gunung-gunung seperti kapas beterbangan (Q.S. Al-Qoriah:1-5)
Ingatlah pada hari ketika, bumi dan gunung-gunung berguncang
keras dan jadilah gunung-gunung itu seperti pasir bertaburan.
(Q.S.Al-Muzzammil:14)
Apabila bumi diguncang dengan guncangan yang dahsyat dan
bumi mengeluarkan beban-bebanya yang berat (yang dikandungnya).
(Q.S.Az-Zalzalah:1-2)
dan apabila bumi diratakan dan memuntahkan (mengeluarkan)
apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong. (Q.S.Al-Insyiqaq:3-4)
Apabila bumi di guncang sedahsyat-dahsyatnyanya, dan gunung
dihancurkan, maka jadilah ia seperti debu yang berterbangan.
(Q.S.Al-Waqiah:4-6):
Beberapa fakta ilmiah yang diungkapkan oleh beberapa ahli
fisika tentang alam semesta dan isinya yang terungkap dan ternyata sudah
disampaikan dalam Al-Qur’an jauh sebelum manusia menyimpulkannya. Berdasarkan
teori gravitasi tentang alam semesta oleh Stephen Hawking (2011) dengan teori
black hole yang menjelaskan kesimpulan bahwa keteraturan alam semesta ini
berhubungan dengan gravitasi.
Manusia dapat duduk, berdiri, berjalan karena ada gaya
gravitasi. Mobil diam dan melaju tetapi masih diatas jalan karena
gaya gravitasi. Rumah, gedung tetap berdiri karena gaya gravitasi. Kapal
berlayar dilautan karena gaya gravitasi. Gunung-gunung menancap di kulit bumi
karena gaya gravitasi, bahkan magma gunungapi masih di dalam perut bumi karena
gaya gravitasi dan sebagian ada yang keluar karena adanya tekanan yang
melawan gaya gravitasi dalam bumi. Jika gravitasi hilang maka
dipahami bahwa semua keadaan diatas tidak akan terjadi lagi, dan
terjadilah manusia, kendaraan, rumah, gunung akan lepas dari
bumi dan berterbangan.
Dalam ayat Al-Qur’an (Q.S.Al-Qoriah:1-5) di jelaskan bahwa
pada hari Kiamat itu manusia dan Gunung berterbangan, dan ini berarti bahwa saat
kiamat itu gravitasi pada alam semesta hilang. Pada hal jika kita analisa bahwa
konsep terbang, berhamburan, bumi mengeluarkan isinya yang berat, pada saat
Al-Qur’an diturunkan, tentulah tidak sesuai dengan rasional kehancuran saat
itu. Logika kehancuran atau kiamat mungkin dianalogikan oleh manusia saat itu
dengan semisalnya; banjir besar manusia tengelam pada kaum Nabi Nuh
(Q.S.Al-Qamar:9-17), Angin kencang dan topan pada kaum Ad
(Q.S.Asy-Syu”ara:123-140 dan Al-Haqqah:1-7), Gempa bumi dan hujan batu pada
kaum Nabi Luth,Q.S.Al-A”raaf:80-84), Gempa bumi dasyat dan halilintar pada kaum
Tsamud (Q.S. Asy-Syu”ara:155-159 dan Al-Haqqah:1-7).
Rasional manusia tentang kehancuran ; banjir, hujan
batu dan gempa dasyat dimana bangunan runtuh kebawah, pohon tumbang,
tanah rengkah seperti rasional gempa saat ini. Tetapi berita kehancuran
(kiamat) di jelaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam Al-Qur’an, diluar rasional
dan diluar logika manusia saat itu. Berita kiamat tersebut adalah manusia
seperti anai-anai terbang, gunung-gunung seperti kapas berterbangan, Bumi
mengeluarkan isinya yang berat dan menjadi kosong. Semua peristiwa tersebut
dalam fisika ada kaitannya dengan Gravitasi. Allah SWT menjelaskan dalam
firmanNya keadaan manusia, gunung-gunung ketika hari kiamat. Hal tesebutlah
sesuai dengan yang diungkapkan oleh pakar fisika saat ini, dimana gambaran
disaat hari kiamat itu gravitasi hilang. Tetapi yang perlu diingat bahwa
manusia tidak memiliki ilmu tentang kapan terjadinya hari kiamat..!!!. yang
jelas pasti terjadi. Allah swt telah memastikan terjadinya kiamat itu di dalam
Al-Qur’an “Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan
tentang kiamat itu, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”(
Q.S.Al-Mu’min:59).
Adanya sebagian manusia yang mengatakan bahwa kiamat itu
terjadi pada hari dan tanggal ini dan itu, hal tersebut merupakan tanda-tanda
pada diri mereka itu kekafiran. Kita sebagai muslim tidak perlu terpengaruh,
karena yang demikian itu merupakan ujian keimanan bagi kita, yang pasti hanya Allah
swt yang Maha Mengetahui kapan terjadinya.
Jadi jelaslah bahwa peristiwa kiamat itu bukanlah
akal-akalan dari nabi Muhammad SAW, tetapi merupakan bukti nyata bagi manusia
bahwa Al-Qur’an itu adalah benar wahyu dari Allah Yang maha Pencipta. Semakin
dipelajari alam semesta ini dengan ilmu pengetahuan, maka akan semakin jelas
oleh manusia bahwa Al-Qur’an itu sungguh benar. Al-Qur’an itu akan nyata sekali
merupakan wahyu Allah Yang Maha Pencipta. Al-Qur’an itu sungguh kitab suci yang
memiliki mukjizat serta keistimewaan yang sangat luar biasa dan diturunkan oleh
Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan untuk rasional berfikir manusia tentang gravitasi
yang menggambarkan manusia dan gunung-gunung berterbangan itu baru didapatkan
kesimpulan setelah manusia belajar gravitasi selama lebih kurang sekitar 300
tahun lamanya. Selama waktu tersebut dimulai dari perumusan konsep gravitasi
umum oleh Newton sekitar tahun 1687 melalui bukunya Principia dan konsep
pergeseran merah gravitasi (kelengkungan ruang dan waktu) oleh Albert Einstein
tahun 1905 serta konsep keruntuhan gravitasi dan black hole (Dark energy)
oleh Stephen hawking melalui bukunya Grand of Design, penerima Nobel
fisika tahun 2011. Sehingga amat jelas bagi kita bahwa gambaran mekanisme
hari kiamat itu, sangatlah analog dengan apa yang telah disimpulkannya :
“bahwa keteraturan alam semesta ini akan berakhir ditandai dengan hilangnya
gravitasi.”
Secara rasional fisika dapat dimengerti bahwa peristiwa
manusia dan gunung berterbangan, bumi mengeluarkan isinya yang berat saat
hari kiamat (hari kehancuran alam semesta) ternyata berhubungan dengan analisa
gravitasi……….
Kesimpulan ahli fisika dunia ( S.W.Hawking,2011) ; ”
Keteraturan alam semesta berakhir jika gravitasi hilang “. Fenomena gravitasi
alam semesta yang ditemukan ahli fisika dunia saat ini, jika dipahami maknanya
ternyata sudah dijelaskan fenomenanya saat Al-Qur’an diturunkan yaitu hampir
1500 tahun yang lalu………
Jadi sebelum manusia berfikir tentang gravitasi ,
Allah SWT telah memberitakan gravitasi itu kepada manusia dalam Al-Qur’an
melalui wahyu kepada Nabi Muhammad SAW.
Jadi Nabi Muhammad SAW merupakan orang yang pertama
memperkenalkan fenomena gravitasi itu kepada manusia melalui Wahyu Allah dalam
Al-Qur’an. Allah SWT telah memberitahukan manusia tentang gravitasi
dengan mekanisme saat kiamat adalah dengan gambaran bahwa manusia dan
gunung-gunung berterbangan .
Kebanyakan kita mempelajari alam semesta, tidak menyebut dan
beritikad dengan nama Allah SWT yaitu tuhan yang menciptakan. Manusia lebih
banyak mengagungkan dirinya melalui pemikiran manusia itu sendiri dari pada
pengakuan akan keagungan dan kekuasaan Allah SWT. Liberalisasi diri pada
manusia ini dapat memunculkan kesombongan dan keangkuhan manusia terhadap yang
Maha Pencipta. Sadar atau tidak, manusia itu adalah makluk Allah SWT. Manusia
menjalani kehidupan sebagai khalifah di bumi akan mendapatkan petunjuk
dari Allah SWT melalui Al-Qur’an (Q.S.Al-Baqarah:30).
Sudah ratusan tahun manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan tentang gravitasi dan telah ribuan tahun pula, Allah SWT
mewahyukan isyarat gravitasi itu melalui Nabi Muhammad SAW dalam Al-Qur’an dan
kenapa kita selama ini belum mengambil hikmah dari hal tersebut..?. Hal ini
kemungkinan sekali karena kita belajar fisika itu terpisah dengan Islam dan
Al-Qur’an. Terkadang kita sebagai manusia sudah begitu sombong dengan ilmu
pengetahuan sehingga mengesampingkan Allah SWT sebagai yang Maha Pencipta.
Beliau Rasulullah Muhammad SAW melalui wahyu Allah SWT, telah menjelaskan
analisa dari gravitasi dalam Al-Qur’an yaitu : manusia seperti anai-anai
terbang, gunung-gunung seperti kapas beterbangan (Q.S. Al-Qoriah:1-5),
gunung-gunung itu seperti pasir bertaburan (Q.S.Al-Muzzammil:14), bumi
mengeluarkan beban-bebanya yang berat (yang dikandungnya)
(Q.S.Az-Zalzalah:1-2), bumi memuntahkan (mengeluarkan) apa yang ada di dalamnya
dan menjadi kosong. (Q.S.Al-Insyiqaq:3-4), gunung dihancurkan, maka jadilah ia
seperti debu yang berterbangan.
(Q.S.Al-Waqiah:4-6).
Nabi
Muhammad SAW menerima wahyu Allah SWT dalam Al-Qur’an, dengan beberapa ayat di
dalamnya ; (Q.S. Al-Qoriah:1-5), (Q.S.Al-Muzzammil:14),
(Q.S.Az-Zalzalah:1-2), (Q.S.Al-Insyiqaq:3-4), (Q.S.Al-Waqiah:4-6) yang
mengandung makna gravitasi. Sehingga Al-Qur’an sebagai wahyu Allah SWT dan
kitab suci agama Islam, dijadikan sumber dan dasar dalam mempelajari ilmu
pengetahuan oleh ilmuwan muslim, karena memang salah satu hikmah dari Al-Qur’an
itu adalah sumber ilmu bagi manusia.
Perluasan
dan kemajuan ilmu pengetahuan pada abad ke 7 M sampai abad ke 12 M, banyak
Ilmuwan muslim mengembangkan ilmu pengetahuan dengan pengamatan alam
berdasarkan inspirasi dari ayat-ayat Al-Qur’an. Islam sangat mendorong
dan menyuruh umatnya untuk mempelajari ilmu alam (sains) termasuk ilmu Fisika.
Oleh karena dalam melaksanakan ibadah, umat Islam perlu dengan ilmu seperti ;
ilmu menentukan waktu sholat, ilmu menentukan arah kiblat, ilmu menentukan awal
puasa, hari raya, ilmu menentukan waktu wukuf di arafah, ilmu tentang
pergantian bulan, tahun dan sebagainya.
Dengan
kesholehan dan kejeniusan ilmuwan-ilmuwan muslim saat itu, khususnya ilmuwan
yang mempelajari tentang pembahasan gravitasi seperti; Al-kindi (801 M – 873
M), maka beliau menuliskan banyak karya dalam bidang goemetri , astronomi
(fenomena gravitasi), aritmatika, (yang dibangunnya dari berbagai prinsip
aritmatis) dan fisika. Al-Kindi dikenal sebagai penggagas sistem fenomena
gravitasi dan teori relativitas.
Selanjutnya
ilmuwan muslim Al -Biruni (973 M – 1048 M) , dengan kesholehan dan
kecerdasan Al-Biruni merangsang dirinya mendalami sekitar ilmu astronomi.
Al-Biruni dikenal sebagai penemu konsep gaya gravitasi, ia misalnya memberikan
perhatian yang besar terhadap kemungkinan gerak bumi mengitari matahari
(heliosentris). Namun ia berpendapat, seperti pernah ia sampaikan dalam
suratnya kepada Ibnu Sina, bahwa gerak eliptis lebih mungkin daripada gerak
melingkar pada planet. Al-Biruni konsisten mempertahankan pendapatnya tersebut,
dan ternyata di kemudian hari terbukti kebenarannya menurut ilmu astronomi
modern.
Setelah
digagasnya konsep gaya gravitasi oleh Al-Biruni maka konsep tersebut
dikembangkan dan dilanjutkan lagi oleh AL-Khazini (1045 M – 1130 M). Al-Kazini
adalah fisikawan muslim terbesar sepanjang sejarah.’’ Begitulah pengakuan
Charles C Jilispe, editor Dictionary of Scientific Bibliography menjuluki
saintis Muslim, Al-Khazini. Para sejarawan sains menempatkan saintis kelahiran
Bizantium itu dalam posisi yang sangat terhormat. Ilmuwan Muslim yang berjaya
di abad ke-12 M tepatnya (1115-1130 M) itu telah memberi kontribusi yang sangat
besar bagi perkembangan sains modern, terutama dalam fisika dan astronomi. Al-Khazini
merupakan saintis Muslim yang banyak menguasai astronomi, fisika, kimia,
matematika, serta filsafat. Al-Khazini merupakan ilmuwan yang mencetuskan teori
penting dalam sains. Teori penting tersebut seperti metode ilmiah eksperimental
dalam ilmu mekanika; energi potensial gravitasi, perbedaan daya, masa dan
berat.
Perlu
diingat bahwa hampir 900 tahun jaraknya antara gagasan konsep gaya gravitasi
dan hukum gerak oleh Al-kindi (801 M – 873 M), Al -Biruni (973 M – 1048 M) dan
AL-Khazini (1045 M – 1130 M)….dengan Newton. Newton (1642-1727) melanjutkan
untuk menjelaskan konsep Gaya dalam Hukum Gravitasi dan Gerak. Hanya saja pada
Newton penjelasan konsep gaya gravitasi tersebut dalam buku principia (1687),
selanjutnya dipromosikan oleh bantuan jurnalistik dan media Barat/Eropa. Barat
sebagai bloker ilmu pengetahuan mengesampingkan karya ilmuwan-ilmuwan
Muslim saat itu. Itulah gambaran rekayasa ilmiah dalam sejarah perkembangan
ilmu pengetahuan oleh Barat.
Nabi Muhammad SAW
menyampaikan wahyu Allah SWT tentang fenomena gravitasi saat terjadinya hari
kiamat. Semua penjelasan gravitasi tersebut di atas diterima oleh Nabi Muhammad
SAW di waktu Al-Qur’an diturunkan oleh Allah SWT. Waktu turunnya
Al-Qur’an tersebut sampai waktu Newton menjelaskan kembali konsep dan hukum
gravitasi itu dalam buku principia adalah sangat jauh sekali beda waktunya
(dari abad 6 M sampai abad ke 17 M). Selisih waktu dari Al-Qur’an turun sampai
kepada zaman Newton adalah lebih dari seribu tahun lamanya (lebih 1000 tahun).
Apabila kita simak dengan mendalam
masalah diatas berdasarkan teori berpikir manusia menurut taksonomi bloom ;
Ingatan, Pemahaman , Aplikasi , Analisa, Sintesa, Evaluasi, dapat kita pahami
bahwa Rasulullah Muhammad SAW menyampaikan wahyu Allah SWT tentang
peristiwa kiamat tersebut jika kita lihat oleh pemikiran kita manusia,
sudah pada tingkat berfikir tertinggi (analisa…evaluasi). Tingkat
evaluasi maksudnya karena pada ayat-ayat Al-Qur’an tersebut sudah menjelaskan “
jika gravitasi sudah tidak ada maka manusia dan gunung berterbangan, bumi
mengeluarkan isinya yang berat, dan itulah gambaran hari akhir atau kiamat.
Sedangkan apabila ditelusuri sejarahnya Rasulullah Muhammad SAW itu
bukanlah pemikir sains apalagi seorang ilmuwan dan itulah bukti bahwa Al-Qur’an
itu benar, …..Sungguh..sungguh Maha Benar Allah SWT dengan segala wahyu-Nya
dalam Al-Qur’an.
Berdasarkan perkembangan teori gravitasi tersebut maka yang
sangat penting kita pahami bahwa mempelajari fisika tidaklah terbatas
pada analisa fakta fisiknya saja, akan tetapi perlu dikembangkan juga apa
hikmah dibalik fakta itu semua atau makna spiritual (religious) dibalik
fakta. Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang di dalamnya terkandung
banyak sekali sisi keajaiban yang membuktikan fakta-fakta yang ada di alam
semesta. Fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu kita ungkap
dengan teknologi abad sekarang ternyata telah dinyatakan Al-Qur’an
hampir sekitar 1500 tahun lalu. Al-Qur’an itu tidak ada keraguan lagi padanya
dan merupakan petunjuk bagi orang yang bertagwa sekaligus sumber ilmu
pengetahuan bagi manusia.
Apabila kita membaca Al-Qur’an, Allah SWT telah menjelaskan
tentang datangnya kiamat, hari kebangkitan dan hukuman kepada siapa yang
mendustainya. Sungguh hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya
dan sungguh Allah akan membangkitkan siapapun yang di dalam kubur
(Q.S.Al-Hajj:7). Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada keraguan
tentang kiamat itu, akan tetapi kebanyakan manusia tiada beriman ( Q.S.Al-Mu’min:59).Manusia
telah diajak untuk bertaqwa kepada Allah, dan sungguh guncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (Q.S.Al-Hajj:1). Allah swt menyediakan
neraka (api yang sangat besar) yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan
hari kiamat (Q.S.Al-Furqan:11).
sungguh hari kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan
padanya dan sungguh Allah akan membangkitkan siapapun yang di dalam kubur
(Q.S.Al-Hajj:7)
Wahai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu (Allah), sungguh
guncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar
(Q.S.Al-Hajj:1)
Bahkan mereka mendustakan hari kiamat dan Kami menyediakan
neraka yang menyala-nyala bagi siapa yang mendustakan hari kiamat
(Q.S.Al-Furqan:11)
Manusia bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari kiamat,
katakanlah ilmu tentang kiamat itu hanya disisi Allah, dan tahukah engkau boleh
jadi hari kiamat itu sudah dekat waktunya (Q.S.Al-Ahzab:33)
Islam adalah agama yang diwahyukan Allah SWT, dengan ajaran
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yang tercantum dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Keberadaan Islam akan lebih terasa dan kebesaran Allah SWT akan
semakin tampak nyata, apabila keIslaman dan keImanan itu didasari dengan ilmu.
ilmu pengetahuan manusia itu terbatas, terbatas pada alam nyata/syahadah
apalagi ilmu sains hanya mengandalkan metode ilmiahnya. Ilmu manusia tidak
mampu menguasai tentang alam gaib (gaib tentang waktu, gaib tentang kematian,
gaib tentang hari akhirat, gaib tentang surga dan neraka dan sebagainya), untuk
itulah manusia memerlukan keyakinan yang didasari dengan petunjuk
Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia telah menjelaskan tentang
perkara yang nyata di dunia maupun tentang perkara yang gaib di akhirat.
Untuk memahami tentang alam akhirat, seorang saintis
dan teknokrat perlu belajar kepada para Ulama Islam yang telah
terbukti kesholehannya. Ulama yang memiliki ilmu ibadah, ilmu tauhid, ilmu
fiqih berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Begitu juga para Ulama dapat
berdiskusi dengan saintis dan teknokrat jika ingin mengetahui lebih tentang
ilmu alam seperti ; massa, materi, suhu, cahaya, listrik, magnet,
gerak, jarak, kecepatan, getaran, gelombang, energi, ruang dan
sebagainya. Memang manusia itu tidak ada yang sempurna dan menguasai semua
ilmu. Manusia itu diciptakan Allah SWT pada kesempurnaan pembentukannya
dibandingkan dengan makluk lainnya. Manusia tidaklah memiliki kesempurnaan
dalam ilmunya jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT. Tidaklah diberikan oleh
Allah SWT ilmu kepada manusia kecuali sedikit sekali.
Sains dan ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi
pokok kandungan kitab suci Al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri
disebut dalam Al-Qur’an cukup banyak. Allah swt telah meletakkan
garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an, manusia hanya
tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada. Untuk memahami
ayat-ayat Al-Qur’an khususnya ayat tentang alam semesta, manusia perlu
mengembangkan ilmu fisika dan ilmu lainnya Seperti; astronomi, matematika,
kimia, biologi, kedokteran, pertanian, dan teknologi lainnya. Dengan sains dan
teknologi manusia dapat memperbaiki peradabannya. Oleh karena ilmu sains
dan teknologi tersebut berkonsepsi ilmiah/nyata, sehingga semua ilmu sains dan
teknologi tidak dapat digunakan manusia untuk mengkaji alam akhirat dan
hikmah itulah Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada manusia untuk menjadi
petunjuk.
Pada saat ini yang merisaukan kita selaku muslim adalah
masih banyaknya para saintis yang memiliki persepsi bahwa berbicara
tentang Islam, seolah-olah menjadi penghambat perkembangan ilmu Pengetahuan.
Bukankah perkembangan ilmu pengetahuan itu dari sejarahnya juga didorong oleh
saintis Islam.? Seperti; Ali Algoritmi dan Aljabar ahli matematik, Al
kindi ahli astronomi, Ibnu sina ahli kedokteran dan yang lainnya.
Fakta yang pernah penulis alami seperti; berdasarkan kepada
Al-Qur’an, bahwa alam semesta itu tidaklah kekal. Penulis mengemukakan bahwa
dalam fisika itu tidak ada hukum kekekalan, dan yang ada itu adalah hukum
konservasi. Konservasi diartikan awet bukan kekal. Hal tersebut juga dapat
ditinjau dari segi etimologi bahasa, matematika, maupun secara fisika. Pada
saat itu cukup banyak yang membantah dan menentang, Penulis berusaha
menyakinkan dengan mengemukakan bahwa ditinjau dari aspek etimologi bahasa
berasal dari conservation of energy dan bukan eternal of energy, dari aspek
matematika dirumuskan berdasarkan gaya konservatif dan bukan gaya kekal,
maupun dari aspek empiris fisik benda harus terisolasi dari pengaruh gaya luar
sedangkan isolasi gaya luar sangat sulit dilakukan apalagi analisanya
menggunakan asumsi dan pengabaian fenomena mikro yang terjadi.
Dalam Al-Qur’an tidak ada ayat yang menyatakan bahwa
di alam semesta ini berserta isinya adalah kekal, tetapi justru sebaliknya fana
(tidak kekal); (Q.S.Al-Anbiyaa:8,34,35, Q.S.Al-A’raf:185, Q.S.
At-Taubah:38, Q.S.Al-Isra:76, Q.S.Al-Kahfi:59, Q.S.Al-Mukminun:15,114). Mulanya
banyak yang belum menerima dengan alasan bahwa fisika itu ilmu pengetahuan,
sedangkan Al-Qur’an itu urusan agama. Yang menjadi permasalahan bagi kita
kenapa selama ini fisika belum digunakan untuk memahami ayat
tentang alam semesta dalam Al-Qur’an?. Ilmu fisika itu untuk kesejahteraan
hidup manusia di dunia dan Al-Qur’an merupakan petunjuk hidup sejahtera di
dunia sekaligus juga di akhirat
Banyak hal yang perlu kita pelajari dan mengambil hikmah
dengan fisika. Dalam kajian fisika dipelajari ilmu tentang alam semesta yang
lebih dikenal dengan astrofisika. Berdasarkan pendidikan dan pengalaman yang
penulis dapatkan di Pasca Sarjana Ilmu Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM)
Jokyakarta tahun 1998, di departemen Astrofisika Boscha Institut
Teknologi Bandung (ITB) tahun 2003, di departemen Astrofisika Penang Universitas
Sains Malaysia (USM) tahun 2011 dan pengalaman sebagai pembina Olimpiade
Sains Nasional bidang Fisika/astronomi, dicermati cukup banyak kajian ilmu
fisika yang berhubungan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an, Allah
SWT telah menjelaskan tentang mekanisme kejadian alam semesta, proses yang
terjadi saat ini dan mekanisme tentang berakhirnya alam semesta itu. Hasil
penelitian para ahli fisika dunia saat ini seperti ; teori Big Bang, teori
hubble dan Doppler, teori Stephen hawking, dan sebagainya. Semua teori
tersebut sebenarnya sudah diberitahukan oleh Allah SWT di dalam
Al-Qur’an. Jadi apabila kita mempelajari fisika juga mempelajari dan memahami
Al-Qur’an banyak hikmah-hikmah yang kita dapatkan.
Dengan adanya penelitian dan pengamatan melalui
observatorium serta satelit ruang angkasa Tahun (1927-2005) diperoleh
kesimpulan “Teori Big-Bang” (Teori Dentuman super Dahsyat) bahwa Alam semesta
itu bermula dari satu bintang. Tahun 2005 Paul Davies ; meluncurkan satelit
astronomi ke ruang angkasa dengan dibekali alat Cosmic Background Emission
Explorer dan sampai dengan sekarang, prinsip kosmologis telah
berhasil dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar mikrogelombang
kosmis, sisa ledakan. Konsepsi inilah yang paling diterima oleh ahli kosmologi
yang menggambarkan bahwa alam semesta terbentuk melalui mekanisme ledakan.
Teori ilmiah inilah yang telah terbukti dengan teknologi modern dan yang
paling diterima para ahli fisika dunia di abad modern. Sedangkan dalam Al-Qur’an
telah diberitakan sekitar hampir 1.500 tahun yang lalu dalam (QS.Al-Anbiyaa:
30).
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami (Allah) pisahkan antara keduanya; dan dari air Kami (Allah) jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?”
(Q.S.Al-Anbiyaa: 30)
Tahun 1989 George Smoot dan Tahun 2005 Paul Davies ;
meluncurkan satelit astronomi ke ruang angkasa dengan dibekali alat COBE, dengan
hasil yang secara jelas menunjukkan keberadaan kerapatan dan panas sisa ledakan
yang ada pada alam semesta.Prinsip kosmologis telah berhasil
dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar mikrogelombang kosmis,
sisa ledakan. Konsepsi inilah yang paling diterima oleh ahli kosmologi yang
menggambarkan bahwa alam semesta terbentuk melalui mekanisme ledakan.
Dengan fisika kita mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Allah SWT sebagai pencipta
memisahkan antara keduanya, melalui mekanisme ledakan. Al-Qur’an memberitakan
jauh sebelum manusia meneliti secara ilmiah dan menyimpulkannya. Hal ini
menjadi bukti bahwa Al-Qur’an itu benar. Sungguh..sungguh mahabenar Allah SWT
dengan firman-Nya.
Al-Qur’an juga menjelaskan tentang pergerakan
bintang-bintang atau gerak menjauh dari benda-benda alam semesta. Penemuan
pergerakan menjauh dari bintang –bintang pertama kali ditemukan oleh fisikawan
Doppler tahun 1842 dengan direkamnya pergeseran spectrum bintang kearah merah
atau spectrum panjang gelombang panjang.
Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak
bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran
merahnya. Sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître, pengamatan ini dianggap
mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki
kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita, semakin
cepat pergerakan kearah panjang gelombang panjang maka gerakan untuk menjauhnya
atau gerakan mengembangnya alam semesta itu semakin cepat pula.
Dan langit itu Kami (Allah) bangun dengan kekuasaan Kami dan
sesungguhnya, Kami benar-benar meluaskannya. (Q.S.Az-Zariyat:47)
Dia (Allah) meninggikan bangunannya (langit) lalu
menyempurnakannya, (Q.S.An-Naziat: 28).
Pada awal abad ke-20, fisikawan Alexander Friedmann, dan
ahli kosmologi George Lemaitre, secara teoritis menemukan bahwa alam semesta
senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan dengan teleskop Edwin
Hubble. Hasil pengamatan menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus
bergerak saling menjauhi. Bintang-bintang terus bergerak menjauhi satu sama
lain dan ini berarti alam semesta tersebut “mengembang”. Pengamatan yang
dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus
mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur’an pada saat tak seorang pun
mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur’an adalah firman Allah, Sang Pencipta,
dan Pengatur keseluruhan alam semesta. Sejak terjadinya peristiwa Big Bang,
alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan yang
tinggi. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan
permukaan balon yang sedang ditiup.
Bintang-bintang dilangit, mengalami gerak menjauh (kecepatan
radial) dan gerak sejati (proper motions), dalam detik busur pertahun. Bintang
mengalami gerak ruang yaitu gerak dengan kecepatan radial dan kecepatan
tangensial. Akibat bintang bergerak ini maka koordinat bintang perlu
dikoreksi (30-100) tahun sekali.
Kesimpulan fisika yang diperoleh bahwa bintang bergerak
menjauh atau alam semesta mengembang/meluas, hal ini membuktikan bahwa
Al-Qur’an itu adalah benar. Dan langit itu Kami (Allah) bangun dengan kekuasaan
Kami dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya (Q.S.Az-Zariyat:47).
Al-Qur’an telah memberitakan pengembangan atau meluasnya alam semesta ini
sekitar hampir 1500 tahun yang lalu, jauh sebelum para ilmuwan menemukannya.
Sungguh…Mahabenar Allah SWT dengan segala firman-Nya.
Dan setiap kali suatu tanda-tanda kebesaran Tuhanmu (Allah)
datang kepada mereka, mereka selalu berpaling dari padanya (Q.S.Yasin:46)
Dari deskripsi fisika tentang alam semesta ini dapat diambil
kesimpulan diantaranya: proses awal terjadinya alam semesta ( teori big
bang), yang terjadi saat sekarang (teori alam mengembang), dan mekanisne yang
akan terjadi pada hari kiamat (teori keruntuhan gravitasi). Semua itu
merupakan bukti-bukti kebesaran Allah SWT bagi orang yang berfikir. Semoga kita
termasuk orang yang dapat melihat dan mengambil pelajaran dari bukti-bukti
tersebut.
1.1.Tanda-tanda kebesaran Allah SWT ; Pada
proses awal terjadinya alam semesta
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya; dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (Q.S.Al-Anbiyaa: 30)
1. Teori Hubble dan Doppler, pengamatan
melalui observatorium serta satelit ruang angkasa Tahun (1927-2005)
2. Tahun 2005 Paul Davies ; meluncurkan
satelit astronomi ke ruang angkasa dengan dibekali alat Cosmic Background
Emission Explorer
3. Dengan hasil yang secara jelas
menunjukkan keberadaan kerapatan dan panas sisa ledakan yang ada pada
alam semesta
4. Vesto Sliper (1932) yang meneliti bahwa
garis-garis spectrum galaksi-galaksi semakin menjauh dan bergeser
(galaksi-galaksi itu semua bergerak saling menjauhi)
5. Arno Penzias dan Robert Wilson (1965)
sang pemenang hadiah Nobel ilmu pengetahuan melalui penelitiannya tentang
adanya radiasi yang tidak terbatas terjadi di alam semesta yang disebut sebagai
radiasi latar belakang kosmik dan keberadaan bentuk kerapatan dan panas sisa
ledakan yang menghasilkan alam semesta
6. Alan Guth (1980) yang melakukan
penghitungan matematis tentang gerak menjauhnya galaksi-galaksi menggunakan
teleskop Hubble di Observatorium Palomar Mounth
7. Prinsip kosmologis berhasil
dikonfirmasikan melalui pengamatan pada radiasi latar mikrogelombang kosmis,
sisa ledakan
8. Sedangkan dalam Al-Qur’an
telah diberitakan sekitar hampir 1.500 tahun yang lalu dalam (Q.S.Al-Anbiyaa:
30).
1.2.Tanda-tanda kebesaran Allah swt
: Proses yang terjadi sekarang (mengembang) alam semesta
Dan langit itu Kami (Allah) bangun dengan kekuasaan Kami dan
sesungguhnya, Kami benar-benar meluaskannya. (Q.S.Az-Zariyat:47)
1. Penemuan pergerakan menjauh dari bintang
–bintang pertama kali ditemukan oleh fisikawan Doppler tahun 1842
2. direkamnya pergeseran spectrum bintang kearah
merah atau spectrum panjang gelombang panjang.
3. Edwin Hubble (1929) menemukan bahwa jarak
bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran
merahnya
4. Lemaître, pengamatan ini dianggap
mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki
kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita
5. semakin cepat pergerakan kearah panjang
gelombang panjang maka gerakan untuk menjauhnya atau gerakan mengembangnya alam
semesta itu semakin cepat pula.
6. Pelebaran garis spektrum dapat disebabkan
oleh atom itu sendiri (tumbukan dan medan magnet) dan pelebaran garis
spekrum pengaruh luar (rotasi bintang, pengembangan selubung, turbulensi
atsmosfere bintang)
7. Bintang-bintang dilangit berdasarkan
pemotretan observatorium dengan teleskop dan pesawat ruang angkasa, mengalami
gerak menjauh. Gerak menjauh (kecepatan radial) dan gerak sejati (proper
motions)
8. Bintang-bintang dilangit berdasarkan
pemotretan observatorium dengan teleskop dan pesawat ruang angkasa mengalami
gerak menjauh rata-rata sekitar (50-120) km/detik
9. Bintang mengalami gerak ruang (kecepatan
radial dan tangensial). Maka koordinat bintang perlu dikoreksi (30-100) tahun
sekali
10.
Dalam Al-Qur’an telah diberitakan sekitar hampir 1.500 tahun yang lalu pada
(Q.S.Az-Zariyat:47, An-Naziat: 28, Al-Gasyiyah:18)
1.3.Tanda-tanda kebesaran Allah SWT ; Mekanisme yang
akan terjadi saat akhir alam semesta (kiamat)
Hari Kiamat, Apa itu hari Kiamat, Tahukah kamu Kiamat
itu, Pada hari kiamat itu manusia seperti anai-anai terbang, Dan
saat kiamat itu gunung-gunung seperti kapas beterbangan (Q.S.
Al-Qoriah:1-5)
Ingatlah pada hari ketika, bumi dan gunung-gunung berguncang
keras dan jadilah gunung-gunung itu seperti pasir bertaburan.
(Q.S.Al-Muzzammil:14)
Apabila bumi diguncang dengan guncangan yang dahsyat dan
bumi mengeluarkan beban-bebanya yang berat (yang dikandungnya).
(Q.S.Az-Zalzalah:1-2):
1. Newton (1642-1727) tentang konsep Gaya dalam
Hukum Gravitasi.
2. Albert Einstein (1879-1955) dengan Teori
Relativitasnya (1905) dan (1907) teori pergeseran merah gravitasi
3. Stephen William Hawking, (1942), beliau
dikenal sebagai ahli fisika teoritis, bidang Astrofisika, terutama sekali
karena teori-teorinya mengenai teori kosmologi dan konsep gravitasi alam
semesta. (2011) black hole : bahwa alam semesta ini berawal dan berakhir
melalui konsepsi gravitasi “keteraturan alam semesta ini akan berakhir
ditandai dengan hilangnya gravitasi”
4. Keteraturan alam semesta hilang berarti
kiamat (tidak ada keteraturan)
5. Gravitasi hilang berarti manusia dan gunung
serta benda lainnya terbang dan isi bumi keluar karena tidak ada gaya gravitasi
yang menarik ke pusat bumi.
6. konsep berterbangan, berhamburan, bumi mengeluarkan
isinya yang berat, pada saat Al-Qur’an diturunkan, tentulah belum sesuai dengan
rasional manusia tentang kehancuran saat itu.
7. Rasional kehancuran saat itu ; banjir besar
manusia tengelam, topan, badai dan hujan batu, Gempa besar dan tanah rengkah
serta manusia tengelam kedalam rengkahan tanah, dan sebagainya.
8. Sejumlah kebenaran ilmiah yang hanya mampu
kita ungkap dengan teknologi abad sekarang ternyata telah
dinyatakan dalam Al Qur’an hampir sekitar 1500 tahun lalu pada (Q.S.
Al-Qoriah:1-5, Al-Muzzammil:14, Az-Zalzalah:1-2, Al-Waqiah:4-6)
Masih banyak isyarat dan hikmah dalam Al-Qur’an yang
berhubungan dengan Fisika. Pembahasan lebih lanjut tentang fisika dalam
Al-Qur’an, dapat dilihat pada penjelasan ayat-ayat berikut; dituliskan dalam
bentuk (Al-Quran.Surat. nomor surat ; nomor ayat),
Fisika alam semesta : (Q.S.2;22), (Q.S.3;190,191),
(Q.S.39;5,9), (Q.S.10;101), (Q.S.12;105), (Q.S.13;2), (Q.S.21;30,33),
(Q.S.31;20), (Q.S.35;28,35), (Q.S.37;6), (Q.S.45;13), (Q.S.50;6-11),
(Q.S.51;47), (Q.S.73;14), (Q.S.79;28), (Q.S. 81;1-29), (Q.S.82;1-19),
(Q.S.84;1-25), (Q.S.88;1-26), (Q.S.99;1-8), (Q.S.101;1-11)
Fisika antariksa, Bintang: (Q.S.2;29,189), (Q.S.3;190,191),
(Q.S.5;75), (Q.S.6;97), (Q.S.10;5,101), (Q.S.15;16,17,18), (Q.S.39;6),
(Q.S.17;12), (Q.S.20;114), (Q.S.21;30,33), (Q.S.52;35,36),
(Q.S.79;27,28), (Q.S.23;14,17), (Q.S.26;210-212), (Q.S.76;2),
(Q.S.27;64), (Q.S.30;50), (Q.S.36;37-40), (Q.S.37;6-10), (Q.S.44;7),
(Q.S.53;46), (Q.S.67;3-5), (Q.S.72;8,9), (Q.S.75;37), (Q.S.77;20), (Q.S.85;1-3,9),
(Q.S.86;1-3,11), (Q.S.87;1-2), (Q.S.96;1-5)
Fisika fluida, kelautan : (Q.S.2;50,164), (Q.S.5;96),
(Q.S.6;59,63,97), (Q.S.7;138,163), (Q.S.10;22,90), (Q.S.14;32), (Q.S.16;14),
(Q.S.17;66,67,70), (Q.S.18;61-63,79109), (Q.S.20;77), (Q.S.22;65), (Q.S.24;40),
(Q.S.26;63), (Q.S.25;53), (Q.S.27;61-63), (Q.S.30;41) (Q.S.31;27,31),
(Q.S.35;12), (Q.S.42;32-34), (Q.S.43;12,13), (Q.S.44;24), (Q.S.45;12),
(Q.S.52;6), (Q.S.55;19,20,24), (Q.S.81;6), (Q.S.82;3)
Fisika waktu, cahaya, Siang & malam : (Q.S.2;28,185,189,194),
(Q.S.3;27), (Q.S.4;40), (Q.S.5;2,97), (Q.S.6;96), (Q.S.7;143),
(Q.S.9;26,36,38,51), (Q.S.10;5,24,61), (Q.S.13;2), (Q.S.15;19), (Q.S.17;1),
(Q.S.22;47), (Q.S.25;62), (Q.S.27;88), (Q.S.28;71-72), (Q.S,37;5),
(Q.S.32;5,11), (Q.S.36;37,39,40), (Q.S.39;5), (Q.S.56;85), (Q.S.70;4,40),
(Q.S.89;1-4), (Q.S.91;1-4), (Q.S.92;1-2), (Q.S.93;1-2), (Q.S.99;7,8),
(Q.S.100;1-4), (Q.S.103;1-3)
Fisika Atmosfere, angin, awan, hujan : (Q.S.2;164,266),
(Q.S.3;117), (Q.S.6;99), (Q.S.7;57), (Q.S.10;22), (Q.S.13;12,17), (Q.S,14;18),
(Q.S.15;22), (Q.S.16;10), (Q.S.17;68,69), (Q.S.18;45), (Q.S.21;81,104),
(Q.S.22;31), (Q.S.23;18), (Q.S.24;40,43), (Q.S.25;48,53), (Q.S.27;63,58,88),
(Q.S.30;46-51), (Q.S.31;34), (Q.S.32;27), (Q.S.33;9), (Q.S.34;12),
(Q.S.35;9,12), (Q.S.36;37), (Q.S.39;21), (Q.S.42;28,33), (Q.S.45;5),
(Q.S.46;24-25), (Q.S.51;7,41-42,47), (Q.S.52;44), (Q.S.53;1), (Q.S.54;19-20),
(Q.S.56;68-69), (Q.S.69;6-7), (Q.S.71;15), (Q.S.72;8), (Q.S.86;1-4,11)
Fisika bumi & Gunung : (Q.S.2;22), (Q.S.7;74), (Q.S.10;24),
(Q.S.11;43), (Q.S.13;2,3), (Q.S.15;19,82), (Q.S.16;15,81), (Q.S.18;47),
(Q.S.19;90), (Q.S.20;53,105-107), (Q.S.21;30,31,79), (Q.S.22;18,65),
(Q.S.25;62), (Q.S.26;63,149,150), (Q.S.27;61,88), (Q.S.28;71-72), (Q.S.29;40),
(Q.S.30;25), (Q.S.31;10), (Q.S.33;72), (Q.S.34;2,9,10), (Q.S.35;27,41),
(Q.S.36;37,40), (Q.S.37;5), (Q.S.38;18,19), (Q.S.41;10), (Q.S.50;744,
(Q.S.52;10), (Q.S.56;5-6), (Q.S.69;14), (Q.S.70;9,40), (Q.S.73;14),
(Q.S.77;10,27), (Q.S.78;7,20), (Q.S.79;30,32), (Q.S.81;3), (Q.S.88;19), (Q.S.95;2),
(Q.S.99;1-2), (Q.S.101;5)
Penjelasan dan pemilihan tentang nomor surat dan
nomor ayat dalam Al-Qur’an ini, disesuaikan dengan makna dan isyarat fisika
yang terdapat dalam beberapa terjemahan Al-Qur’an, oleh : Buya Mahmud Yunus,
Buya Hamka, Buya Quraish Shihab dan ditambah syaamil Al-Qur’an (terjemahan
perkata). Semua Al-Qur’an dan terjemahan tersebut telah mendapat legalitas dari
Departemen Agama Republik Indonesia.
Ya Allah, Ampunilah hamba bila ada yang salah
dalam mempelajari Al-Qur’an dan hikmahnya. Ajarkanlah hamba bila hamba bodoh
dalam memahaminya. Ingatkanlah hamba bila ada ayat yang hamba lupa
mengingatnya, Karuniakanlah pada hamba petunjuk, rahmat serta pahala dari-Mu ya
Allah, amin ya Rabbal Alamin.(Letmi Dwiridal, Fisika Dalam Al-Qur’an ; bab 1
jilid 2, tahun 2014)
Effect of Islamic Civilization on Modern Science
modern science and technology
This figure shows a twelfth-century model of the solar
system from Baghdad
The one who contemplates the reason modern science and
technology have taken giant steps and advanced to the present state would
certainly agree that it is due to Islamic civilization which transmitted and
introduced vast amounts of knowledge and produced many scholars.
C.H. Haskins (7) said: 'The broad fact remains that the
Arabs of Spain were the principal source of the new learning for Western
Europe.'
They are the ones who placed the fundamentals from which
modern civilization advanced. Whoever reviews the 'Dictionary of Technical
Terms for Aerospace' 8 would certainly conclude that sixty percent of the known
stars are given names that are derived from Arabic.
The books and works of early Muslim scholars were the main
resource texts which the West benefited from, especially the Europeans who used
these works during the Renaissance period. Many of these texts were used in
European universities.
Marquis of Dufferin and Ava said:
'It is to Mussulman science, to Mussulman art, and to
Mussulman literature that Europe has been in a great measure indebted for its
extrication from the darkness of the Middle Ages.' 9
Scientific knowledge that originated
in India, China and the Hellenistic world was sought out by Muslim scholars and
then translated, refined, synthesized and augmented at different centers of
learning in the Islamic world from where the knowledge spread to Western
Europe. (History of Medicine, Arab roots of European Medicine, David W.
Tschanz, MSPH, PhD. Also see: http://www.hmc.org.qa/hmc/heartviews
Scientific knowledge that originated in India, China and the
Hellenistic world was sought out by Muslim scholars and then translated,
refined, synthesized and augmented at different centers of learning in the
Islamic world from where the knowledge spread to Western Europe. (History of
Medicine, Arab roots of European Medicine, David W. Tschanz, MSPH, PhD. Also
see: http://www.hmc.org.qa/hmc/heartviews/H-V-v4%20N2/9.htm )
The Astrolabe: An important device invented by Muslims for
navigation. The points of the curved spikes on the front rete plate, mark the
positions of the brightest stars. The name of each star being labeled at the
base of each spike. The back plate, or mater is engraved with projected
coordinate lines (From the Whipple Museum of the History of Science in
Cambridge)
J.H. Denison said:
The Astrolabe: An important device
invented by Muslims for navigation. The points of the curved spikes on the
front rete plate, mark the positions of the brightest stars. The name of each
star being labeled at the base of each spike. The back plate, or mater is
engraved with projected coordinate lines (From the Whipple Museum of the
History of Science in Cambridge)
'In the fifth and sixth centuries the civilized world stood
on the verge of a chaos. The old emotional cultures that had made civilization
possible, since they had given to men a sense of unity and of reverence for
their rulers, had broken down and nothing had been found adequate to take their
place. It seemed then the great civilization which it had taken four thousand
years to construct was on the verge of disintegration, and that mankind was
likely to return to that condition of barbarism where every tribe and sect was
against the next, and law and order was unknown. The old tribal sanctions had lost
their power. The new sanctions created by Christianity were working division
and destruction instead of unity and order. It was a time fraught with tragedy.
Civilization, like a gigantic tree whose foliage had overarched the world and
whose branches had borne the golden fruits of art and science and literature,
stood tottering rotted to the core. Was there any emotional culture that could
be brought in to gather mankind once more into unity and to save civilization?
It was among these people that the man (Muhammad) was born who was to unite the
whole known world of the east and south.10
Blood circulation and the inner organs of the human body .
An image taken from a book of an ancient Muslim doctor
Muslims had advanced in all technical, scientific and intellectual
fields. Here we will mention a few of the outstanding scholars in various
fields.
Al-Khawarizmi (780-850CE) was a great scholar in the fields
of mathematics, algebra, logarithms and geometry. He was perhaps one of the
greatest mathematicians who ever lived, as, in fact, he was the founder of
several branches and basic concepts of mathematics. He was also the founder of
Algebra. Al-Biruni (973-1050AD) was a great scholar in many fields. He wrote on
topics ranging from astronomy to mathematics, mathematical geography to
mechanics, pharmacology and history.
Al-Biruni discussed the theory of the earth rotating on its
own axis six hundred years before Galileo!
The German Orientalist E. Sachau said about al-Biruni:
Eye anatomy - An image taken from a book of an ancient
Muslim doctor
'He was the greatest intellectual known to man.'
As Muslims we say that the greatest intellectual known to
man is our Prophet Muhammad.
In the field of medicine and pharmacy, Muslim scholars left
behind a wealth of knowledge in their works, which were used to advance modern
day medicine. Among these scholars were:
Ibn Rushd (Averroes 1126-1198 CE) was an Andalusian
philosopher and physician, a master of philosophy and Islamic law, mathematics
and medicine.
Ibn an-Nafees (1213-1288 CE) was a physician who is mostly
famous for being the first to describe the pulmonary circulation of the blood.
He discovered blood circulation before the Englishman Harvey and the Spaniard
Michael Servetus by hundreds of years.
Am'maar b. Ali al-Mo'sili b. Eesa al-Kah'haal was highly
skilled in ophthalmology. He invented specialized instruments used in
operations, such as the "injection syringe", a hollow needle.
Process of medicine extraction- An image taken from a book
of an ancient pharmacist
Al-Hasan b. al-Haitham (Alhazen 965- 1040AH) was a great
mathematician. He was a pioneer in optics, engineering and astronomy. According
to Giambattista della Porta, Al-Hasan was the first to explain the apparent
increase in the size of the moon and sun when near the horizon. His seven
volume treatise on optics Kitab al- Manadhir (Book of Optics) is possibly the
earliest work to use the scientific method. He used the results of experiments
to test theories.
Al-Mansoori and Abu Bakr ar-Razi were renowned, versatile
physicians. They made fundamental and enduring contributions to the fields of
medicine and philosophy.
Muwaf'faq al-Baghdadi and Abul-Qasim az-Zahrawi were
renowned in dental practices. They wrote books concerning this, and put
illustrative pictures of the tools used in surgical operations and how to use
the tools.
In the field of geography and geology many notable scholars
can be mentioned, among whom are:
Shareef al-Idrisi (1100-1165H) was a cartographer, geographer
and traveler. He was renowned for his excellent maps of the world. He also
invented navigational instruments. There are many Muslim scholars who
participated and took part in advancing civilization. Whoever wants to know
more, should review books that are written specifically on this topic. Numerous
times, researches written by Muslims were plagiarized and wrongfully attributed
to others.
Major Arthur Glyn Leonard said:
Do not we, who now consider ourselves on the topmost
pinnacle ever reached by culture and civilization, recognize that, had it not
been for the high culture, the civilization and intellectual, as the social
splendors of the Arabs and soundness of their system, Europe would to this day
have remained sunk in the darkness of ignorance? 11
The Virtues of Islamic Civilization
The map of the world - An image taken from a book of a
Muslim scholar in geography
Seeking knowledge is a religious duty, which Islam
encourages Muslims to fulfill.
Muslim scholars in the past used their knowledge to
strengthen people's belief in contrast to the scholars of this age, who use
their knowledge to weaken people's belief.
Muslim scholars in the past used their knowledge to serve
mankind, in contrast to most of the scholars today who use their knowledge for
exploitive and selfish ends. Scientists during this era invented the atom and
hydrogen bomb and other weapons of mass destruction; thereafter they prevented
others from owning these weapons, in an attempt to control and exploit the
riches of the world.
Muslim scholars of the past spread their knowledge so that
people could benefit from it, in contrast to the scholars of today who withhold
knowledge for themselves or for their own country and prevent others from
accessing it.
Muslim scholars of the past aimed to attain the mercy of
Allah and His reward, in contrast to the scholars of today who try their best
to benefit materialistically from their discoveries.